iDevice pertamaku!
Ungkapan itu mungkin tidak sepenuhnya mewakili perasaanku saat detik-detik awal menerima iPad2 pesananku melalui kurir beberapa waktu lalu. Tepatnya, lebih heboh daripada itu. Belum lagi hebohnya saat unboxing.. Haddoooohhhh.. 🙂
Bukan soal ngikuti trend atau prestis saat memutuskan untuk membeli gadget ini. banyak pertimbangan yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Aku ingat saat bertahun-tahun yang lalu, saat ingin memiliki HP. Semua teman menyarankan membeli Nokia. Kenapa harus Nokia? Kenapa tidak yang lain? Toh banyak merk lain yang lebih bagus dari Nokia. Bukan hanya karena semua orang pakai Nokia lalu kita ikutan beli Nokia. Itu yang dulu selalu aku pikirkan. Maka mulai HP pertama yang kubeli, Siemens c25, hingga me45, lalu berganti Sonyericsson beberapa type saat Siemens mulai turun pamor. Pertimbangan user friendly dan fitur yang dibutuhkan tentulah yang utama menjatuhkan pilihan pada Soner dibanding Nokia. Dengan harga yang sama aku bisa dapat fitur lebih dengan merk yang sama-sama besar. Namun idealisme itu berubah saat aku mulai mencari fitur keyboard qwert yang mana Soner tidak memproduksi dengan fitur yang aku cari. Akhirnya dengan sangat terpaksa pilihan jatuh pada Nokia E71, walau dalam hati sempet dongkol kenapa soner dengan fitur kamera dan suara yang bagus dan struktur menu yang lebih nyaman tidak memproduksi type qwert keyboard yang memuaskan.
Begitu pula dengan tablet ini. Diawali dengan memiliki Samsung Galaxy S dengan sistem androidnya yang fenomenal. Pemilihan HP ini juga dilandasi ego pribadi saat teman-teman berlomba-lomba memiliki Blackberry. Untuk apa punya BB? Menangnya cuma di BBM. Lainnya seperti email dan aplikasi bisa aku dapatkan di android, bahkan lebih bagus, walau tidak instan seperti BB. Ah itu kan gak penting buatku. iPhone? Terlalu mahal kalee… ? Lalu saat tablet mulai bermunculan dengan berbagai keunggulannya, mulailah aku memilah milah mana yang lebih baik sesuai kebutuhan. Pilihannya adalah Samsung tab atau Motorola Zoom. Atau bahkan tablet Cina. Toh cuma untuk nyimpen foto atau baca pdf dan browsing. Gak perlu canggih-canggih amat. Seorang teman lalu ‘ngompori’ dengan iPod-nya yang kecil tapi dengan aplikasi yang luar biasa. Ditambah lagi seorang boss di tempat aku bekerja yang sering pamer iPadnya, mulai iPad 1 hingga iPad 2. Puncaknya adalah ketika mereka pamer sebuah aplikasi yang menurutku ‘superb’ yaitu GarageBand, sebuah aplikasi untuk aransemen musik. Semacam itulah. dari situ kelihatan bedanya kemampuan iOS dan Android. Kemampuan layar sentuh yang real time tanpa ada lag atau selisih waktu. Saat itu disentuh saat itu juga hasilnya. What you touch is what you get instantly. Seketika pikiran tablet Android lenyap. Seketika itu aku memutuskan, ‘Ini yang aku cari!’
Dan.. VOILA!! Here it is.. Hunting applikasi, ebook, game selalu mengisi hari-hariku saat ini.
Workless, Play hard! He he he…
Spesial thanks to mas Pri 🙂